Thursday 15 December 2011

Hak-hak Anak Dalam Islam II


10. MENAFKAHINYA SAMPAI DIA BESAR
Anak juga memiliki hak untuk diberi nafkah, seperti: makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Rasulullah SAW bersabda:

(كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ)


Ertinya: “Seseorang dianggap berdosa jika dia tidak menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya.”[1]

(أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ)

Ertinya: “Dinar (wang) yang paling afdhal yang diinfakkan oleh seorang laki-laki adalah dinar yang diinfakkan kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya, dinar yang diinfakkan kepada haiwan tunggangannya (untuk berjihad) di jalan ALLAH dan dinar yang diinfakkan kepada teman-temannya (yang sedang berjihad) di jalan ALLAH.”[2]

11. MENGAJARINYA ILMU-ILMU YANG BERMANFAAT
Orang tua wajib mengajarkan anaknya ilmu-ilmu yang bermanfaat. Jika dia tidak mampu, maka dia wajib mencari orang lain untuk mengajarnya, baik dengan menyekolahkannya atau memberikan kursus-kursus.
Ilmu yang bermanfaat sangat banyak sekali, meliputi ilmu agama dan ilmu duniawi.
Untuk ilmu agama –ini yang seharusnya lebih diperhatikan- orang tua memiliki kewajiban untuk mengajarkan anaknya pengetahuan-pengetahuan yang wajib diketahui oleh si Anak. Anak harus diajarkan tiga landasan utama yang harus diketahui oleh setiap muslim.
Ketiga landasan utama itu adalah: mengenal ALLAH, Rasul-Nya dan agama Islam. Anak harus mengetahui hal-hal tersebut dengan dalil-dalilnya secara ringkas.
Anak juga harus mengetahui hal-hal yang diwajibkan dan diharamkan oleh ALLAH. Kewajiban dan keharaman yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang harus diketahui oleh setiap muslim dan orang-orang awam di negeri Islam pasti mengetahui kewajiban dan keharaman tersebut, seperti: wajibnya solat, zakat, puasa dan lain-lain serta haramnya zina, minum-minuman keras, mencuri dll.
Anak juga harus dibiasakan untuk berbahasa arab, kerana bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an, as-sunnah dan agama Islam. Orang tua harus menanamkan rasa cinta kepada bahasa Arab melebihi bahasa-bahasa selainnya.
Untuk ilmu dunia, orang tua memiliki kewajiban untuk mengajarkan anaknya pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya wajib diketahui dan sangat diperlukan di lingkungan di mana dia berada, seperti: ilmu baca-tulis, mengira, dll, sehingga dia tidak ketinggalan dan dipermainkan oleh orang lain.

12. MENGAJARKANNYA UNTUK BERAMAL SOLEH, BERADAB DAN BERAKHLAK MULIA
Orang tua wajib mengajarkan kepada anaknya bagaimana beramal soleh, beradab dan berakhlak mulia. Selain dengan perkataan, orang tua harus mengajarkannya dengan mempraktikkannya pada diri orang tua sendiri. Dengan demikian si Anak akan meniru tingkah laku kedua orang tuanya.
Pengajaran dengan memperlihatkan secara langsung lebih berpengaruh daripada hanya sekadar dengan  perkataan. Tidak mungkin seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya solat berjemaah di masjid, tapi ternyata bapanya sendiri tidak solat di masjid. 

13. MEMBERIKAN HUKUMAN KEPADANYA DENGAN HUKUMAN YANG DIBENARKAN OLEH SYARIAT  KETIKA DIA MENINGGALKAN KEWAJIBAN ATAU MENGERJAKAN  DOSA ATAU MAKSIAT
Orang tua wajib melakukan hal ini. Memberikan hukuman telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Baginda SAW bersabda:

( مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَ شْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ )


Ertinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk solat ketika umur mereka tujuh tahun. Pukullah mereka jika mereka meninggalkan solat ketika umur mereka sepuluh tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka.”[3]
Hukuman yang dimaksudkan adalah hukuman yang tidak membekas di kulit dan bukan seperti yang dilakukan oleh sebahagian kita ketika memukul anaknya. Ada yang memukul anaknya sampai berbekas di kulit, bahkan ada yang memukul sampai cacat.
Terdapat juga sebahagian yang menyangka bahawa anak tidak boleh dihukum dan harus dibebaskan untuk melakukan segala yang dikehendakinya, dengan alasan hukuman dapat menghambat perkembangan mental si Anak. Anggapan itu salah dan tidak sesuai dengan syariat. Kerana Nabi SAW  mengajarkan kepada orang tua untuk memukul anaknya jika dia meninggalkan kewajiban atau mengerjakan dosa.
Banyak bukti yang menunjukkan bahawa anak yang tidak pernah dihukum oleh orang tuanya kerana suatu dosa, maka kebanyakan dari mereka memiliki sikap berani terhadap orang tuanya dan tidak menurut. Mahukah Anda didurhakai oleh anak Anda di masa nanti?
Akan tetapi yang perlu menjadi catatan, setiap anak memiliki kebebasan untuk bermain dan bersikap. Tidak seharusnya orang tua selalu menghukum, mencaci dan melarang anaknya pada hal-hal yang tidak sampai jatuh kepada perbuatan yang diharamkan. Pada kondisi ini orang tua cukup memberikan nasihat. Ini ditujukan agar si anak boleh menjadi kreatif dan tidak terhambat perkembangan mentalnya.

14. MEMBERINYA WAKTU UNTUK BERMAIN DENGAN TETAP MENGAWAL JENIS PERMAINANNYA, TEMPAT BERMAINNYA DAN DENGAN SIAPA SAJA DIA BERMAIN
Anak juga  punya hak untuk bermain. Orang tua sudah semestinya memberikan waktu-waktu bermain untuk anaknya, baik di pagi, siang ataupun petang hari. Ketika waktu maghrib mendatang, orang tua diperintahkan untuk “memegang” anaknya dengan tidak membiarkan anaknya bermain di luar rumah sampai datang waktu ‘isya’.
Rasulullah SAW bersabda:

(إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ أَوْ قَالَ جُنْحُ اللَّيْلِ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ الْعِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ)

Ertinya: “Jika malam atau awal malam datang maka ‘peganglah’ anak-anak kalian. Sesungguhnya syaitan-syaitan menyebar pada saat itu. Jika waktu isya’ telah masuk maka biarkanlah mereka.”[4]
Setelah waktu isya’ datang tidak seharusnya anak-anak bermain, kerana waktu itu adalah waktu tidur dan Rasulullah SAW melarang untuk bersenda gurau pada saat itu.
Orang tua juga harus memperhatikan jenis permainan anaknya, jangan sampai dia bermain dengan permainan yang mengandungi unsur dosa. Orang tua sebaiknya memilihkan permainan yang bermanfaat untuk diri anaknya kelak yang mengandungi unsur pembelajaran.
Orang tua juga harus memerhatikan dengan siapa anaknya bergaul dan bermain. Anak-anak sangat mudah menerima rangsangan orang-orang di sekitarnya.
Syaikh ‘Abdulmuhsin Al-Qasim[5] berkata, “Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan siapa dia bergaul (berinteraksi). Manusia bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak.
Rasulullah SAW bersabda :

(الْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ)


Ertinya : “Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala unta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing”[6]
Nabi SAW mengkhabarkan bahawa, di dalam pengembalaan unta terdapat kesombongan dan keangkuhan serta di dalam pengembalaan kambing terdapat ketenangan. Jika dengan haiwan saja, yang dia itu tidak punya akal dan kita tidak tahu apa maksud dari suaranya, manusia boleh terpengaruh …maka bagaimana pendapat Anda dengan orang yang boleh bicara dengan anda, faham perkataan Anda, bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda kepada hawa nafsunya serta menghiasi Anda dengan syahwat? Bukankan dia itu lebih berpengaruh?”[7]
Oleh kerana itu, orang tua harus memperhatikan teman bergaul anaknya. Dengan mengajaknya bergaul dan berkumpul dengan orang yang lebih dewasa dan soleh, maka ini akan sangat membantunya untuk cepat dewasa dan menjadi anak yang soleh.

15. MEMBERIKAN RASA AMAN DAN MENJAUHKAN DARI HAL-HAL YANG MENAKUTKANNYA ATAU HAL-HAL YANG MEROSAK AGAMANYA
Merupakan kewajiban orang tua untuk melindungi anaknya, menjaganya dari berbagai gangguan dan memberikannya rasa aman. Orang tua juga harus terus memantau keadaan anaknya dan mencarinya jika dia hilang.
Rasulullah SAW pernah mencari Hasan bin ‘Ali radhiallahu ‘anhu ketika dia hilang di pasar Bani Qainuqa’ dan berkata, “Dimana Laka’? Panggilkan Laka’[8]?”[9]
Orang tua juga tidak boleh menakut-nakutkan anaknya dengan sesuatu yang boleh merosak mental dan agamanya, seperti mengancamnya dengan pisau atau perkataan kasar dan mengatakan kepadanya ketika malam datang, “ada momok”.
Rasulullah SAW bersabda:

(لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا)

Ertinya: “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim (yang lain).”[10]
Perkataan “ada momok” ternyata dapat menumbuhkan rasa takut yang berlebih terhadap sesuatu yang tidak jelas. Jenis takut yang seperti ini dilarang dalam agama.

16. MENGHARGAI DAN MENGHORMATINYA SEBAGAI SEORANG MANUSIA DAN TIDAK MEMBERIKAN GELARAN YANG JELEK KEPADANYA
Anak juga termasuk keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam. Dia adalah manusia yang memiliki hak untuk diperlakukan secara manusiawi dan tidak diperlakukan seperti haiwan yang hina. Dia harus dihormati dan dihargai. Oleh kerana itu, tidak dibenarkan untuk memberikan gelaran atau panggilan-panggilan jelek kepadanya.
ALLAH SWT berfirman:

{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا}


Ertinya: “Dan kami telah memuliakan anak keturunan Adam, memberikan tunggangan kepada mereka di darat dan di laut, memberi rezeki kepada mereka dari yang baik-baik dan mengutamakan mereka dari banyak makhluk  yang telah kami ciptakan dengan suatu keutamaan.” (QS Al-sra’ : 70)

17. MEMERHATIKAN PERKEMBANGAN MENTAL-SPRITUALNYA, MELATIH DAN MENGARAHKANNYA KEPADA  APA YANG SESUAI UNTUKNYA KELAK
Orang tua wajib memerhatikan perkembangan mental-spritual sang anak. Sang Anak  harus terus diawasi, jangan sampai dia terjerumus ke hal-hal yang merosak moral dan dirinya.
Dengan berjalannya waktu, fikiran anak akan semakin berkembang dan semakin banyak yang ingin diketahuinya. Merupakan kewajiban orang tua menjelaskan kepada si anak sesuai kapasiti ilmu yang mereka miliki dan tahap hidup yang mereka jalani.
Terkadang anak yang berumur  5-6 tahun sudah mulai bertanya terutama kepada si Ibu, “Ummi dari mana saya dilahirkan?” maka jawapannya, “Dari perut?”. Akan tetapi untuk anak yang sudah berumur mendekati usia baligh, maka jawapannya tentu tidak seperti itu. Oleh kerana itu, sangat penting mengetahui bagaimana jawapan yang sesuai untuk di setiap tahap kehidupan anak.
Anak-anak memiliki potensi diri yang berbeza antara satu dengan yang lain. Di antara mereka ada yang memiliki kecenderungan terhadap ilmu, ada juga yang memiliki kecenderungan untuk aktif bekerja, berdagang atau terampil pada suatu bidang keterampilan, ada juga yang memiliki kecenderungan untuk menjadi penegak hukum, penjaga keamanan dan semisalnya dan ada juga yang memiliki kecenderungan yang lain.
Anak yang mudah menghafal dan baik pemahamannya, maka sebaiknya diarahkan untuk belajar ilmu agama, kerana ini adalah sebaik-baiknya bentuk pendidikan terhadap anak. Akan tetapi, jika tidak demikian maka tidak seharusnya orang tua memaksanya untuk belajar ilmu agama, kerana ini tidak sesuai dengan potensi diri yang ALLAH telah berikan kepadanya. Jika anak dipaksa untuk menekuni sesuatu yang tidak dia senangi maka hasilnya tidak akan maksimum.
Harus diingatkan, ketika kita mengarahkan Anak ke hal-hal yang sesuai untuk mengembangkan potensi diri yang dia miliki, jangan sampai diarahkannya kepada sesuatu yang untuk memperolehnya harus melanggar hukum-hukum Allah atau terjatuh ke dalam kemaksiatan[11]

18. BERLAKU ADIL  TERHADAP SEMUA ANAK-ANAK
Orang tua wajib berlaku adil terhadap  semua anaknya. Dalilnya adalah sebagai berikut:
Suatu hari An-Nu’man bin Basyir berkata di atas mimbar, “Ayahku telah memberikanku hadiah.” Kemudian ‘Amrah binti Rahawah (Ibunya) berkata, “Saya tidak redha sampai engkau meminta Rasulullah untuk menjadi saksi.” Kemudian Ayah An-Nu’man pun mendatangi Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, “Saya telah memberi hadiah kepada anakku dari isteriku yang bernama ‘Amrah binti Rawahah. Dia menyuruhku untuk memintamu, Ya Rasulullah, sebagai saksi pemberian ini.” Kemudian Rasulullah  SAW berkata, “Apakah engkau memberikan hadiah kepada semua anakmu seperti itu juga?” Ayahnya pun berkata, “Tidak.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kalian kepada ALLAH! Berbuat adillah terhadap semua anakmu.” Kemudian ayahnya pun kembali dan mengambil kembali hadiahnya.[12]

19. MELATIHNYA UNTUK RAJIN DAN TIDAK MALAS
Anak juga memiliki hak untuk dididik agar rajin dan tidak malas. Mendidik anak untuk itu harus dilakukan sejak dia kecil. Yang pertama kali dilakukan oleh orang tua adalah mengajarkan anak cara beribadah. Sebagai contoh adalah ibadah sOlat.
Dari kecil,  Ibu boleh membiasakan anaknya untuk solat di sampingnya, sehingga si anak dapat mempelajari gerakan-gerakan solat dan mengetahui waktu-waktunya. Jika telah menjadi kebiasaan maka nantinya sangat mudah untuk mengingatkan si anak untuk solat.
Ketika sudah mencapai umur tujuh tahun, anak laki-laki harus dibiasakan untuk solat lima waktu di masjid, sehingga nantinya ketika dia baligh maka sudah menjadi kebiasaannya untuk solat di masjid. Jika anak belum mencapai umur tujuh tahun maka tidak mengapa dibawa ke masjid dengan syarat dia tidak mengganggu orang-orang, tidak membuat kotor dan dapat menjaga kehormatan masjid.
Anak juga harus dibiasakan untuk bangun malam untuk solat malam atau menanti waktu subuh. Jika terbiasa di waktu kecil, maka akan sangat mudah dilakukan di waktu besarnya nanti.
Selain ibadah,  anak juga harus dididik untuk  memanfaatkan waktu dan mengisinya dengan kegiatan yang positif. Jangan sampai dia melalaikannya dengan bermalas-malasan atau mengisinya dengan bermain yang tidak mendidik.
Rasulullah SAW bersabda:

( نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَ ثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ )


Ertinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak orang merugi di dalamnya, yaitu: kesihatan dan waktu luang.”[13]
Ibnul-Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya kemalasan dan tidak ada pekerjaan memiliki akibat-akibat yang buruk dan penyesalan. Sebaliknya kerja keras dan kelelahan memiliki akibat-akibat yang terpuji, baik di dunia, di akhirat atau di dunia dan akhirat. Orang yang paling santai adalah orang yang paling lelah nantinya. Sedangkan orang yang paling lelah adalah orang yang paling santai nantinya. Kebahagiaan di dunia dan akhirat tidak mungkin dicapai kecuali dengan ‘jambatan’ kelelahan.”[14]

[1] HR Abu Dawud no.1692,  Shahih Abi Dawud no. 1485
[2] HR Muslim no. 2310
[3] HR Abu Dawud no. 495, Shahih Abi Dawud no. 509
[4] HR Al-Bukhari no. 3280 dan Muslim no. 5250
[5] Beliau adalah imam di Masjid Nabawi dan hakim di Mahkamah Syariah di Madinah.
[6] HR Al-Bukhari no. 3499 dan Muslim no. 187
[7] Khuthuwat ila As-Sa’adah hal. 141
[8] (لكاع) Laka’ : panggilan untuk hasan bin ‘Ali yang berarti anak yang kecil yang kurus.
[9] HR Al-Bukhari no. 5434.
[10] HR Abu Dawud no. 5004, Ghayatul-Maram no. 447.
[11] Lihat Tuhfatul-Maudud milik Ibnul-Qayyim hal. 243-244. Penerbit Maktabah Daril-bayan: Bairut
[12] HR Al-Bukhari no. 2587 dan Muslim no. 4185. Lafaz hadis ini miliki Al-Bukhari.
[13] HR Al-Bukhari no. 6412
[14] Tuhfatul-Maudud milik Ibnul-Qayyim hal. 241, Penerbit Maktabah Daril-bayan: Bairut.


No comments:

Post a Comment